A. PENGERTIAN
Kelenjar hipofisis medula kelenjar
yang sangat penting bagi tubuh manusia, kelenjar inimengatur fungsi dari
kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium dan testis, kontrol laktasi, kontraksi
uterine sewaktu melahirkan dan tumbuh kembang yang linear, dan
mengatur osmolalitas dan volume dari cairan intravascular dengan
memelihara resorpsi cairan diginjal. Kelenjar hipofisis terdiri dari 2 lobus,
lobus anterior dan lobus posterior, pada lobus anterior kelenjar ini terdapat 5
tipe sel yang memproduksi 6 hormon peptida. Sedangkan pada lobus posterior
dilepaskan 2 macam hormon peptida. Pituitary tumor, pertumbuhan abnormal yang
berkembang di kelenjar hipofisis di otak, hampir selalu noncancerous (jinak).
Sebagian besar tumor hipofisis
(adenomas) tidak menyebar di luar tengkorak (nonmetastatic) dan biasanya
masih terbatas pada kelenjar pituitari atau di dekatnya jaringan
otak. Pituitary tumor cukup umum dan seringdidiagnosis melalui scan MRI yang
dilakukan untuk alasan lain.
Klasifikasi dibedakan berdasarkan
hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis dan dibedakan menjadi 2 jenis
yaitu :
a) Adenoma hipofisis non fungsional
(tidak memproduksi hormon)
Tumor ini berkisar sekitar 30% dari
seluruh tumor pada hipofisis. Biasanya muncul pada dekade ke 4 dan ke 5
dari kehidupan, dan biasanya lebih sering ditemukan pada laki-laki dari pada
wanita. Nama lain dari tumor ini yaitu Null cell tumor, Undifferentiated tumor
dan non hormon producing adenoma. Karena tumor ini tidak memproduksi
hormon, maka pada tahap dini seringkali tidak memberikan gejala apa-apa.
Sehingga ketika diagnose ditegakkan umumnya tumor sudah dalam ukuran yang
sangat besar, atau gejala yang timbul karena efek masanya. Tumor biasanya solid
walaupun biasa ditemukan tumor dengan campuran solid dan kistik.
b) Adenoma hipofisis fungsional yang
terdiri dari :
·
adenoma
yang bersekresi prolaktin
·
adenoma
yang bersekresi growth hormon (GH)
·
adenoma
yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
·
adenoma
yang bersekresi adrenokortikotropik hormon (ACTH)
B. ETIOLOGI
Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui.
Sebagian besar diduga tumor hipofisis hasil dari perubahan pada DNA dari satu
sel, menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Cacat genetik, sindroma
neoplasia endokrin multipel tipe I dikaitkan dengan tumor hipofisis.
Namun, account cacat ini hanya sebagian kecil dari kasus-kasus tumor hipofisis.
Selain itu, tumor hipofisis didapat dari hasil penyebaran (metastasis) dari
kanker situs lain. Kanker payudara pada wanita dan kanker paru-paru pada pria
merupakan kanker yang paling umum untuk menyebar ke kelenjar pituitari.
Kanker lainnya yang menyebar kekelenjar pituitari termasuk kanker ginjal,
kanker prostat, melanoma, dan kanker pencernaan.
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis Adenoma Hipofisis
non fungsional:
a) Nyeri kepala
b) Karena perluasan tumor ke area supra
sella, maka akan menekan chiasma optikum, timbul gangguan lapang pandang
bitemporal. Karena serabut nasal inferior yang terletak pada aspek inferior
dari chiasma optikum melayani lapang pandang bagian temporal superior
(Wilbrand’s knee), maka yang pertama kali terkena adalah lapang pandang
quadrant bitemporal superior. Selanjutnya kedua papil akan menjai atrophi.
c) Tumor yang tumbuh perlahan akan
menyebabkan gangguan fungsi hipofisis yang progressif dalam beberapa bulan
atau beberapa tahun berupa :
·
Hypotiroidism,
tidak tahan dingin, myxedema, rambut yang kasar
·
Hypoadrenalism,
hipotensi ortostatik, cepat lelah
·
Hypogonadism,
amenorrhea (wanita), kehilangan libido dan kesuburan
Manifestasi Klinis Adenoma
Fungsional
a) Adenoma yang bersekresi Prolaktin
·
Hyperprolactinemia
pada wanita didahului amenorhoe, galactorhoe, kemandulan dan osteoporosis.
·
Pada
laki-laki biasanya asimptomatik atau timbul impotensi atau daya sexual yang
menurun. Karena perbedaan gejala tersebut maka tumor ini pada laki-laki
biasanya ditemukan jika sudah menimbulkan efek kompresi pada struktur yang
berdekatan.
b)
Adenoma
yang bersekresi growth hormone
Gejala timbul secara gradual karena pengaruh meningginya
kadar GH secara kronik. Dari sejumlah kasus menunjukkan bahwa gejala yang
timbul lebih karena efek kompresi lokal dari masa tumor, bukan karena
gangguan somatiknya. Gejala dini berupa:
·
Ukuran
sepatu dan baju membesar
·
Lalu
timbul visceromegali
·
Muka
yang kasar dan skin tags yaitu perubahan pada cutis dan jaringan subcutisyang
lambat berupa fibrous hyperplasia terutama ditemukan pada jari-jari,
bibir,telinga dan lidah. Adanya skin tags ini penting karena hubungannya
dengankeganasan pada kolon.
c)
Adenoma
yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH) Kecuali untuk tumor yang bersekresi
TSH, yang menunjukkan gejala :
·
Hypertiroidism
glycoprotein secreting adenoma tidak memberikan gejala yang spesifik sehubungan
dengan hipersekresinya, sehingga adenoma ini biasanya baru ditemukan sesudah
memberikan efek kompresi pada struktur didekatnya seperti chiasma optikum atau
tangkai hipofisis.
·
Hipertiroid
yang disebabkan oleh TSH adenoma berbeda dengan Graves disease, graves disease
merupakan penyakit yang diturunkan, dimana terdapat resistensi yang efektif
terhadap hormon tiroid yang menyebabkan pengaruh umpan balik negatif dari
hormon tiroid atau TSH lemah, sehingga timbul hipersekresi TSH. Kelainan ini
sering bersamaan dengan bisu tuli, stipled epiphyse dan goiter, iniyang
membedakan dengan hipertiroid akibat adanya adenoma.
·
Pada
hipertiroid akibat TSH adenoma, biasanya lebih banyak mengenai wanita, gejala
lainnya yaitu gangguan lapang pandang, pretibial edema dan kadar serum
immunoglobulim stimulasi tiroid jumlahnya sedikit.
d)
Adenoma
yang bersekresi ACTH
·
Biasanya
menyerang wanita sekitar usia 40 tahun
·
Khas
ditandai dengan truncal obesity, hipertensi, hirsutisme
(wanita),hyperpigmentasi, diabetes atau glukosa intoleran, amenorrhea, acne,
striaeabdominal, buffallo hump dan moon facies. Kelainan endokrinologik yang
berat ini sudah muncul pada tahap sangat dini dari tumornya yang menyulitkan
dalam mendeteksi dan identifikasi sumbernya.
D. PATOFISIOLOGI
Kemajuan biologi molekuler
membuktikan tumor ini berasal dari monoklonal, yang timbul dari mutasi sel
tunggal diikuti oleh ekspansi klonal. Neoplasia hipofisis merupakan proses
multi-step yang meliputi disregulasi pertumbuhan sel atau proliferasi,
diferensiasi dan produksi hormon. Ini terjadi sebagai hasil aktifasi fungsi
onkogen setelah inaktifasi gen tumor supresor. Proses aktivasi fungsi onkogen
merupakan hal yang dominan, karenanya gangguan allel tunggal dapat menyebabkan
perubahan fungsi sel.
Inaktifasi tumor
supresor bersifat resesif, karenanya kedua gen allel harus terlibat untuk
mempengaruhi fungsi seluler. Heterogenitas defek genetik ditemukan pada adenoma
hipofisis sesuai dengan proses neoplastik multi step. Abnormalitas protein G,
penurunan ekspresi protein nm23, mutasi ras gen, delesi gen p53, 14 q, dan
mutasi, kadar c-myc onkogen yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan adenoma
kelenjar hipofisis.
Penelitian in
vitro membuktikan peranan estrogen dalam menginduksi terjadinya hiperplasia
hipofisis dan replikasi laktotroph. Terbukti produk PTTG (Pituitary tumor
transforming gene) menyebabkan transformasi aktifitas dan menginduksi sekresi
dasar bFGF, sehingga memodulasi angiogenesis hipofisis dan formasi tumor. PTTG
ini diinduksi oleh estrogen.
PATHWAY
E. KOMPLIKASI
1. Adenoma akan bermetastasi pada organ
lain yang akan menimbulkan kanker dan organ yang terdekat dapat diserang adalah
otak yang mengakibatkan menjadi tumor ataupun kanker otak.
2. Hypotiroidism.
3. Hypoadrenalism.
4. Hypogonadism.
5. Hyperprolactenemia.
F. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
v Adenoma Hipofisis non fungsional:
1) Pada rontgen foto lateral tengkorak
terlihat sella turcica membesar, lantai sella menipisdan membulat seperti
balon. Jika pertumbuhan adenomanya
asimetrik maka padalateral foto tengkorak akan menunjukkan
double floor. Normal diameter AP darikelenjar hipofisis pada wanita usia 13-35
tahun < 11 masing-masing, sedang pada yanglainnya normal < 9
masing-masing.
2) MRI dan CT scan kepala, dengan MRI
gambaran a.carotis dan chiasma tampak lebih jelas, tetapi untuk gambaran
anatomi tulang dari sinus sphenoid CT scan lebih baik.c. Test stimulasi fungsi
endokrin diperlukan untuk menentukan gangguan fungsi darikelenjar hipofisis.
v Adenoma Fungsional
1) Adenoma yang bersekresi Prolaktin
Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150
ng/ml biasanya berkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar prolactin antara
25-150 ng/ml terjadi pada adanya kompresi tangkai hipofisis sehingga pengaruh
inhibisi dopamin berkurang, juga pada stalk effect (trauma hypothalamus,
trauma tungkai hipofisis karena operasi).
2) Adenoma yang bersekresi growth
hormone
Pengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi
hormon ini yang berupa cetusan, walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar
basal Gh <1 ng/ml, pada penderita acromegali bisa meningkat sampai >
5 ng/ml, walaupun pada penderita biasanya tetap normal. Pengukuran kadar
somatemedin C lebih bisa dipercaya, karenakadarnya yang konstan dan meningkat
pada acromegali. Normal kadarnya 0,67 U/ml, pada acromegali mebningkat
sampai 6,8 U/ml. Dengan GTT kdar GH akan ditekan sampai < 2 ng/ml sesudah
pemberian glukosa oral (100 gr), kegagalan penekanan ini menunjukkan adanya
hpersekresi dari GH. Pemberian GRF atau TRH perdarahan infusakan meningkatkan
kadar GH, pada keadaan normal tidak. Jika hipersekresi telah ditentukan maka
pastikan sumbernya dengan MRI, jika dengan MRI tidak terdapatsesuatu adenoma
hipofisis harus dicari sumber ektopik dari GH.
3) Adenoma yang bersekresi glikoprotein
(TSH, FSH, LH)
Hormon TSH, LH dan FSH masing-masing terdiri dari alpha dan
beta subarakhnoidunit, alpha subarakhnoid unitnya sama untuk ketiga
hormon,sedangkan betasubarakhnoid unitnya berbeda. Dengan teknik
immunohistokimia yang spesfik bisa diukur kadar dari alpha subarakhnoid unit
atau kadar alpha dan beta subarakhnoid unit.Pada tumor ini terdapat peninggian
kadar alpha subarakhnoid unit, walaupun padaadenoma non fungsional 22% kadar
alpha subarakhnoid unitnya juga meningkat. MRIdengan gadolinium, pada
pemeriksaan ini tidak bisa dibedakan antara adenoma yangsatu dengan yang
lainnya
4) Adenoma yang bersekresi ACTH
CRH dilepaskan dari hipotalamus dan akan merangsang sekresi
ACTH dari adenihipofisis, ACTH akan meningkatkan produksi dan sekresi cortisol
dari adrenalcortex yang selanjutnya dengan umpan balik negatif akan menurunkan
ACTH. Pada kondisi stres fisik dan metabolik kadar cortisol meningkat, secara
klinik sulit mengukur ACTH, maka cortisol dalam sirkulasi dan metabolitnya
dalam urine digunakan untuk status diagnose dari keadaan kelebihan adrenal.
Cushing’ssyndroma secara klinik mudah dikenal tapi sulit untuk menentukan
etiologinya.
G. PENATALAKSANAAN
1) Pengobatan :
Pengobatan adenoma hipofisis dimulai
dengan koreksi elektrolit disfungsidan penggantian hormon hipofisis, jika
perlu, segera setelah spesimen darah diagnostic telah terkirim.
Penggantian hormon tiroid atau adrenal adalah sangat penting.
Steroid penggantian harus cukup untuk situasi stres, termasuk periode
perioperatif. Tujuan perawatan berbeda sesuai dengan aktivitas fungsional
tumor. Untuk tumor endokrinaktif, pendekatan yang agresif terhadap normalisasi
hipersekresi sangat penting sekaligus mempertahankan fungsi hipofisis normal.
Hal ini biasanya dapat dicapai dengan bedaheksisi, tetapi beberapa Prolaktinoma
lebih baik dikontrol secara medis.Untuk nonsecreting tumor, pengobatan
diarahkan bedah pengurangan efek massa bertanggung jawab atas gejala,
dengan tetap menjaga fungsi hipofisis. Meskipun bedahreseksi lengkap
diinginkan, yang radiosensitivity tumor ini mengundang subtotal
debulkingdiikuti dengan terapi radiasi untuk mengurangi risiko kekambuhan atau
keganasan.Adenomas asimtomatik insidentil tidak memerlukan intervensi tetapi
harus diikuti dengan pemeriksaan secara berkala bidang visual dan MRI.
Timbulnya gejala atau MRI dokumentasi pertumbuhan indikasi untuk perawatan.
2) Pembedahan :
Keberhasilan dan keselamatan
pendekatan transsphenoidal membuat prosedur pilihan untuk menghilangkan
adenomas. Kebanyakan tumor lunak dan gembur,dan transsphenoidal akses, meskipun
terbatas, memungkinkan untuk penghapusan lengkap bahkan jika ada
suprasellar signifikan ekstensi atau sella tidak diperbesar. Tingkat kematian
kurang dari 1%. Mayor morbiditas, termasuk stroke, kehilangan penglihatan, meningitis,
CSF bocor, atau cranial palsy, kurang dari 3,5%. Diabetes insipidus permanen
muncul setelah operasi dalam 2 sampai 5% dari pasien dan diperlakukan
oleh penggantinya.
3) Terapi radiasi :
Terapi radiasi melengkapi operasi
dalam mencegah perkembangan atau kekambuhan.
Standar teknik radiasi melibatkan penggunaan tiga bidang (bidang
menentangsejajar dengan bidang koronal) atau teknik rotasi untuk menghindari
dosis yang tidak perludi lobus temporal. Dosis 4.500-5.000 cGy disampaikan
dalam pecahan 180-cGydisarankan. Secara umum, pasien dengan tumor subtotally
resected diberikan terapi radiasi.Walaupun radiasi mengurangi risiko kekambuhan
atau penundaan kambuhnya setelah brutototal reseksi, kita ikuti serial pasien
dengan MRI scan dan pemeriksaan bidang visual danmenahan radiasi kecuali ada
tumor didokumentasikan regrowth. Untuk tumor termasuk kelenjar pituitary
adenoma hipofisis, prolactinoma dan penyakit Cushings, keputusan yang berkaitan
dengan pengobatan untuk tumor kelenjar hipofisis bergantung pada pemahaman lengkap tentang risiko bersaing
vs manfaat untuk pengobatanyang berbeda. Pilihan untuk perawatan tumor kelenjar
pituitari dapat mencakup operasi, Radiosurgery dan gamma pisau.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian sekunder
a. Identitas
Terjadi pada wanita dan pada laki-laki dengan pefalensi
seimbang dan mempunyai insiden puncak antara usia 20 dan 30 tahun.
b. Keluhan Utama
Klien
mengeluhkan sakit kepala pada satu atau keduanya, atau di tengah dahi kabur
atau penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer) visi, ptosis yang
disebabkan oleh tekanan pada saraf yang menuju ke mata, perasaan mati rasa
pada wajah, demensia, perasaan mengantuk, kepala membesar, makan berlebih atau
berkurang.
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Klien mengatakan kepalanya sering
mengalami sakit pada kepalanya, dan pandangan kabur.
e. Riwayat penyakit dahulu
Kaji
apakah sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada bagian tubuh, Kaji apakah
klien pernah mengalami cedera kepala berat ataupun ringan.
f. Riwayat penyakit keluarga
g. Kaji apakah keluarga pernah
menderita penyakit tumor hipofisis.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi :
-
Klien
tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh bagian tubuh (jika
timbul saat usia dini)
-
Klien
tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang abnormal pada ujung-ujung
tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul pada saat usia dewasa)
-
Klien
tampak mengalami diplopia (pandangan ganda)
-
Tampak
atropi pada pupil Klien tampak susah membedakan warna
-
Klien
tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena kelemahan otot
b. Palpasi :
-
Terdapat
nyeri kepala
-
Terdapat
kelemahan otot tonus otot
3. Pengkajian data dasar
1. Aktifitas /istirahat :
-
Insomnia,
bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
-
Sakit
kepala yang hebat saat aktivitas.
-
Perubahan
aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
-
Kelemahan
otot.
2. Sirkulasi
-
Edema
pada ekstermitas kaki dan tangan.
-
Takikardi.
3. Integritas ego
-
Ketidakberdayaan/putus
asa sehubungan dengan perubahan penampilan fisik.
4. Eliminasi.
-
Perubahan
pola berkemih.
-
Perubahan
warna urin contoh kuning pekat.
5. Makanan/cairan :
-
Nafsu
makan menurun
-
Malnutrisi
-
Penurunan
berat badan, berkurangnya massa otot.
-
Perubahan
pada kelembababn/turgor kulit, edema.
6. Neurosensori.
-
Pening,
disorientasi (selama sakit kepala), tidak mampu berkonsentrasi.
-
Gangguan
penglihatan (kabur/tak jelas)
7. Nyeri/kenyamanan
-
Nyeri
hebat, menetap, menyeluruh atau intermiten, sering sekali membuat pasien
terbangun. Mungkin terlokalisasi, pada posisi tertentu.
8. Keamanan
-
Demam
-
Suhu
meningkat (37,950 C atau lebih)
-
menggigil
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
·
Nyeri
akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus
·
Hipertermi berhubungan dengan
kerusakan control suhu sekunder akibat tumor hipofisis
·
GSP, Penglihatan berhubungan dengan
penekanan pada ciasma optikum
·
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan metabolic ( hipermetabolik)
·
Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan retensi air akibat peningkatan sekresi ADH
·
Kelemahan berhubungan dengan
ketidakmampuan menyokong tubuh
·
Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan perubahan penampilan fisik
C. RENCANA KEPERAWATAN
I.
Nyeri akut berhubungan dengan penekanan
korteks serebri di hipotalamus.
Tujuan
-
Nyeri dapat dihilangkan/ditangani
Kriteria hasil
-
Melaporkan
nyeri berkurang.
-
Klien tampak tenang
-
Skala nyeri bahkan hilang.
Intervensi
Mandiri
1. Kaji
keluhan nyeri, perhatiakan lokasi, itensitas, dan waktu nyeri.
Rasional : Mengindikasikan kebutuhan untuk
intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan komplikasi.
2. Letakan
kantung es pada kepala klien.
Rasional : Meningkatkan vasokontriksi,
penumpulkan resepsi sensori yang selanjutnya akan menurunkan nyeri atau sakit
kepala.
3. Dorong
pengungkapan perasaan klien.
Rasional : Dapat mengurangi ansietas, sehingga
mengurangi persepsi akan intensitas rasa nyeri.
4. Lakukan
tindakan paliatif. Misalnaya pengubahan posisi.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan
menurunkan ketegangan otot.
Kolaborasi
1. Berikan
analgesik/antipiretik, analgesic narkotik sesuai dengan indikasi.
Rasional : Memberikan penurunan nyeri/tidak
nyaman.
II.
Hipertermi berhubungan dengan
kerusakan control suhu sekunder akibat tumor hipofisis ditandai dengan
suhu tubuh diatas normal (diatas 36-37,5), kulit tampak kemerahan, klien
mengeluhkan badannya panas
Tujuan
-
Perubahan suhu tubuh yang normal.
kriteria hasil
:
-
Suhu tubuh klien dalam rentang
normal (36,50 – 37,50C),
Intervensi
Mandiri
1.
Pantau suhu tubuh pasien (derajat dan
pola) perhatikan adanya menggigil.
Rasional :Demam
biasanya terjadi karena proses inflamasi tetapi mungkin merupakan
komplikasi darikerusakan pada hipotalamus.
2.
Pantau suhu lingkungan. Batasi penggunaan
selimut.
Rasional :Suhu
ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhumendekati normal.
3.
Berikan kompres hangat jika ada
demam.
Rasional :Kompres
air hangat menyebabkan tubuh dingin melalui proses konduksi.
4.
Pantau masukan dan haluaran. Catat
karakteristik urine, turgor kulit, dan membrane mukosa.
Rasional :Hipertermia
meningkatkan kehilangan air tak kasat mata dan meningkatkan resiko dehidrasi,
terutama jika tingkat kesadaran menurun /munculnya mual menurunkan pemasukan
melalui oral.
Kolaborasi.
5.
Berikan antipiretik, misalnya ASA
(aspirin), asetaminofen (Tylenol).
Rasional :Digunakan
untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, berguna juga
untuk membatasi pertumbuhan organismdan meningkatkan autodestruktif dari
sel-sel yang terinfeksi.
III.
GSP, Penglihatan berhubungan dengan
penekanan pada ciasma optikum
Tujuan
-
Penglihatan klien dipertahankan pada
tingkat sebaik mungkin.
Kriteria hasil
-
Penurunan
tajam dan lapang pandang klien semakin membaik.
-
Klien
mangatakan pandangan kabur dan ganda mulai berkurang bahkan hilang.
Intervensi
1. Tentukan
ketajaman penglihatan, catat satu atau kedua mata terlibat.
Rasional : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi
bervariasi, sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif.
2. Orientasikan pasien terhadap
lingkungan. Staf, orang lain di areanya.
Rasional :
Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan.
3. Gunakan obat tetes mata
dan pelindung.
Rasional :
Memberikan lubrikan danmelindungi mata.
4. Lakukan tindakan untuk membantu
pasien menangani keterbatasan penglihatan.
Rasional :
Menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan lapang pandang.
IV.
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
metabolic ( hipermetabolik)
Tujuan
-
Nutrisi
klien adekuat
Kriteria
hasil
-
Mendemonstrasikan
berat badan yang stabil
-
Bebas
tanda dari malnutrisi.
Intervensi
Mandiri
1. Pantau masukan makanan setiap hari.
Rasional : Mengidentifikasi
kekuatan/defisiensi nutrisi
2. Ukur tinggi, berat badan. Timbang
berat badan setiap hari atu sesuai indikasi.
Rasional :
Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila berat
badan kurang dari normal.
3. Dorong pasien untuk makan diet
tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
Rasional :
Kebutuhan jaringan metabolic ditingkatkan.
Kolaborasi
1. Tinjau ulang pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi.
Rasional :
Membantu mengidentifikasi derajat ketidakseimbangan biokimia/malnutrisi dan
mempe garuhi pilihan intervensi diet.
2. Berikan obat sesuai indikasi.
6. Vitamin khususnya A, D, E, dan B6
Rasional : Mencegah
kekurangan karena penurunan absorpsi vitamin larut dalam lemak.
3. Rujuk pada ahli diet/tim pendukung
nutrisi.
Rasional :
Memberikan rencana diet khusus untuk memenuhi kebutuhan individu, dan
menurunkan masalah berkenaan dengan malnutrisi protein/kalori dan defisiensi
mikronutrien.
V.
Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan retensi air akibat peningkatan sekresi ADH.
Tujuan
-
Membuat/mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit klien.
Kriteria
hasil.
-
Menunjukan
haluaran urin tepat dengan berat jenis/hasil laboratorium mendekati normal.
Intevensi
Mandiri
1. Awasi denyut jantung dan tekanan
darah.
Rasional : Takikardi
terjadi kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urin.
2. Catat pemasukan dan pengeluaran
akurat.
Rasional :
Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan, dan
penurunan resiko kelebihan cairan.
3. Kaji kulit, wajah, area tergantung
untuk edema.
Rasional : Edema
terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada tubuh. Contoh tangan dan
kaki.
4. Awasi kadar natrium serum. Batasi
pemasukan natrium sesuai indikasi.
Rasional :
Kadar natrium tinggi berhubungan dengan kelebihan cairan.
VI.
Kelemahan
berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik, malnutrisi.
Tujuan
-
Menunjukan
perbaikan kemampuan klien untuk beraktivitas.
Kriteria
hasil
-
Melaporkan
perbaikan rasa berenergi.
-
Berpatisipasi
pada aktivitas yang diinginkan.
Intervensi
1. Evaluasi laporan kelemahan,
kesulitan menyelesaikan tugas. Perhatikan kemampuan istrahat/tidur dengan
tepat.
Rasional :
Menentukan derajat dari efek ketidakmampuan.
2. Kaji kemampuan untuk berpatisipasi
pada aktivitas yang dibutuhkan/diinginkan.
Rasional :
Mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pilihan intervensi.
3. Rencanakan priode istrahat adekuat.
Rasional :
Mencegah kelelahan berlebihan dan menyimpan energy untuk penyembuhan.
4. Berikan bantuan dalam aktivitas
sehari-hari dan ambulansi.
Rasional : Memberikan keamanan pada pasien.
VII.
Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
Tujuan
-
Harga
diri klien ditingkatkan.
Kriteria
hasil
-
Menunjukan
adaptasi awal pada terhadap perubahan tubuh.
-
Mulai
mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup.
Intervensi
Mandiri
1. Diskusikan arti perubahan dengan
pasien. Identifikasi persepsi situasi/harapan yang akan dating.
Rasional :
Mengidentifikasi/mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian dan intervensi
secara konstruktif.
2. Catat reaksi emosi, contoh kehilangan,
depresi, marah.
Rasional :
Pasien dapat depresi cepat setelah perubahan penampilan fisik. Penerimaan
perubahan tak dapat dipaksakan.
3. Susun batasan pada prilaku
maladaptive, bantu pasien untuk mengidentifikasi prilaku positif yang akan
membaik.
Rasional :
Penolakan dapat mengakibatkan penurunan harga diri dan mempengaruhi gambaran penerimaan diri
yang baru.
4. Dorong orang terdekat untuk
mengobati pasien secara normal dan tidak sebagai orang cacat.
Rasional : Penyimpangan
harga diri dapat disadari penguatanya.
Kolaborasi
1. Rujuk pasien kesumber pendukung.
Contoh, ahli terapi psikologis.
Rasional : Pendekatan menyeluruh diperlukan untuk membantu pasien
menghadapi rehabilitasi dan kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar